SELAMAT DATANG DI MEDIA ONLINE .:AL-QUR'AN SUMBER INSPIRASI:.
Pondok Pesantren Modern Miftahunnajah membuka pendaftaran Santri Baru Putra dan Putri Tingkat SMP/MTs Tahun Pelajaran 2015/2016. Segera bergabung bersama kami, tempat terbatas. Informasi www,miftahunnajah.com, CP. 0813 2885 3114

18 May 2009

Keutamaan Menghafal Al-Qur'an

Banyak hadits Rasulullah SAW yang mendorong untuk menghafal Al Quran, atau
membacanya di luar kepala, sehingga hati seorang individu Muslim tidak kosong dari
sesuatu bagian dari kitab Allah SWT. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas secara marfu`:
“Orang yang tidak mempunyai hafalan Al Quran sedikitpun adalah seperti rumah kumuh
yang mauh runtuh “.(HR Tirmizi dari Ibnu Abbas (2914), ia berkata: hadits ini hasan sahih)

Dan Rasulullah SAW memberikan penghormatan kepada orang-orang yang mempunyai keahlian dalam membaca Al Quran dan menghapalnya, memberitahukan kedudukan mereka, serta mengedepankan mereka dibandingkan orang lain.


Dari Abi Hurarirah r.a. ia berkata: Rasulullah SAW mengutus satu utusan yang terdiri dari beberapa orang. Kemudian Rasulullah SAW mengecek kemampuan membaca dan hapalan Al Quran mereka: setiap laki-laki dari mereka ditanyakan sejauh mana hafalan Al Quran-nya. Kemudian seseorang yang paling muda ditanya oleh Rasulullah SAW :
“Berapa banyak Al Quran yang telah engkau hapal, hai pulan?” ia menjawab: aku
telah hapal surah ini dan surah ini, serta surah Al Baqarah. Rasulullah SAW kembali
bertanya: “Apakah engkau hapal surah Al Baqarah?” Ia menjawab: Betul. Rasulullah
SAW bersabda: “Pergilah, dan engkau menjadi ketua rombongan itu!”. Salah seorang
dari kalangan mereka yang terhormat berkata: Demi Allah, aku tidak mempelajari dan
menghapal surah Al Baqarah semata karena aku takut tidak dapat menjalankan isinya.

Mendengar komentar itu, Rasulullah SAW bersabda:
“Pelajarilah Al Quran dan bacalah, karena perumpamaan orang yang mempelajari Al
Quran dan membacanya, adalah seperti tempat bekal perjalanan yang diisi dengan
minyak misik, wanginya menyebar ke mana-mana. Sementara orang yang
mempelajarinya kemudia ia tidur –dan dalam dirinya terdapat hapalan Al Quran— adalah
seperti tempat bekal perjalanan yang disambungkan dengan minyak misik “(HR Tirmizi dan ia menilainya hadits hasan (2879), dan lafazh itu darinya. Serta oleh Ibnu Majah secara ringkas (217), Ibnu Khuzaimah (1509), Ibnu Hibban dalam sahihnya (Al Ihsaan 2126), dan dalam sanadnya ada `Atha, Maula Abi Ahmad, yang tidak dinilai terpercaya kecuali oleh Ibnu Hibban)

Jika tadi kedudukan pada saat hidup, maka saat mati-pun, Rasulullah SAW
mendahulukan orang yang menghapal lebih banyak dari yang lainnya dalam kuburnya,
seperti terjadi dalam mengurus syuhada perang Uhud.

Rasulullah SAW mengutus kepada kabilah-kabilah para penghapal Al Quran dari
kalangan sahabat beliau, untuk mengajarkan mereka faridhah Islam dan akhlaknya,
karena dengan hapalan mereka itu, mereka lebih mampu menjalankan tugas itu. Di antara
sahabat itu adalah: tujuh puluh orang yang syahid dalam kejadian Bi`ru Ma`unah yang
terkenal dalam sejarah. Mereka telah dikhianati oleh orang-orang musyrik.

Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Penghapal Al Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian Al Quran akan berkata:
Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah
(kehormatan), Al Quran kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang
itu dipakaikan jubah karamah. Kemudian Al Quran memohon lagi: Wahai Tuhanku,
ridhailah dia, maka Allah SWT meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu:
bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah SWT menambahkan dari
setiap ayat yang dibacanya tambahan ni`mat dan kebaikan “(HR Tirmizi dan ia menilainya hadits hasan (2916), Ibnu Khuzaimah, al hakim, ia
menilainya hadits sahih, serta disetujui oleh Adz Dzahabi (1/553))

Balasan Allah SWT di akhirat tidak hanya bagi para penghapal dan ahli Al Quran
saja, namun cahayanya juga menyentuh kedua orang tuanya, dan ia dapat memberikan
sebagian cahaya itu kepadanya dengan berkah Al Quran.
Dari Buraidah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang membaca Al Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka
dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari Kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari,
kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini: dijawab: “karena kalian
berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Quran” (Hadits diriwayatkan oleh Al Hakim dan ia menilanya sahih berdasarkan syarat Muslim (1/568), dan disetujui oleh Adz Dzahabi. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya (21872) dan Ad Darimi dalam Sunannya (3257))

Kedua orang itu mendapatkan kemuliaan Tuhan, karena keduanya berjasa
mengarahkan anaknya untuk menghapal dan mempelajari Al Quran semenjak kecil. Dan
dalam hadits terdapat dorongan bagi para bapak dan ibu untuk mengarahkan anak-anak
mereka untuk menghapal Al Quran semenjak kecil.
Ibnu Mas`ud berkata:
“Rumah yang paling kosong dan lengang adalah rumah yang tidak mengandung
sedikitpun bagian dari Kitab Allah SWT ”8.
Dan pengertian kata “ashfaruha” adalah: yang paling kosong dari kebaikan dan
berkah.
Al Munziri meriwayatkan dalam kitab At Targhib wa At Tarhib dengan kata:
“ashghar al buyut” dengan ghain bukan fa. Dan maknanya adalah: rumah yang paling
hina kedudukannya, dan paling rendah nilainya.

Sumber: Menghafal Al-Qur'an karya Dr. Yusuf Qordhowi
Read More “Keutamaan Menghafal Al-Qur'an”  »»

14 May 2009

Seandainya Al-Qur'an bisa bicara

Aku adalah sebuah buku yang dicetak dengan sangat cantik
Untuk tahu tentang namaku ada beberapa petunjuk
Aku diberi sampul mewah nan indah
Aku pasti ada di setiap rumah orang muslim
tetapi,
di dalam hati setiap muslim aku jarang ditemukan
Aku diletakkan di atas rak yang tinggi
Dibiarkan di sana, aku tertinggal dan dilupakan

Terkadang aku diletakkan di tempat-tempat kotor dan angker,
katanya untuk mengusir hantu dan jin
Dan di sana juga aku dibiarkan tertinggal dan dilupakan
Dengan penuh hormat aku banyak dicium setiap kali selesai dibaca
tetapi,
pelajaran dan petunjuk utama yang ada padaku selalu terlupakan
Mereka mengabaikan pesan yang ada padaku

Ada kalanya aku digunakan untuk bersumpah palsu
Kegunaanku yang sebenarnya sangat jarang diperhatikan
Sungguh betapa ajaibnya aku bisa mengubah dunia
Yang semestinya mereka lakukan adalah memahami perkataanku
Jadi seharusnya,
bacalah aku
pelajari aku

Perhatikan apa yang harus aku katakan untukmu,
Aku punya hukum,
Aku punya kebijaksanaan,
Aku punya sesuatu yang sangat berharga
Dan banyak yang aku punya
yang tak bisa kau hitung

Akulah sang juru penyelamatmu
Akulah penuntunmu,
Aku diturunkan dari Sang Pencipta alam semesta
Aku diajarkan oleh Nabi Muhammad,
dan dipertahankan dengan air mata dan darah

Memperingatkan kebenaran adalah kemasyuranku
Maka bacalah aku,
pelajarilah aku,
dan sampaikan isi yang ada padaku
karena,
Aku adalah Al-Qur'an

"Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al-Qur'an) kepada hambaNya, agar dia memberi peringatan kepada seluruh alam.
yang kepunyaanNya lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaanNya, dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran dengan serapi-rapinya"
(QS Al-Furqaan: 1-2)

***

I am a book in elegant prints
To know my name here are some hints
Rich is cover and nicely bound
I found in every muslim's home
but,
in hearts of muslims i am rarely found
High on a shelf, I am kept
Forgotten there, I am left

Sometime they put me on dirty places
to dispel ghost and jinn as they said
And forgotten there, I am left too
With respect I do get lots of kiss
after reading
but,
my main point is what they always miss
Neglecting the message inside me

At times I am used for phony swear,
My true use is very very rare
A miracle I am that can change the world
All one has do to is understand my word
So,
you must read me
and learn me
Look what I must told to you
I have law,
I have wisdom,
I have treasure
So much so there is no measure

I am your savior
I am your guide
I am from Allah the creator of universe
I was taught by our Prophet Mohammad,
and depended with tear and blood

Right from wrong is my frame
So, you much read me,
learn me,
and told everyone the content of me
Because,
Holy Qur'an is my name

"Most blessed is the One who revealed the Statute Book to His servant, so he can serve as a warner to the whole world.
The One to whom belongs all sovereignty of the heavens and the earth. He never had a son, nor does He have any partners in sovereignty. He created everything in exact measure; He precisely designed everything.

(anonim)
***
Read More “Seandainya Al-Qur'an bisa bicara”  »»

4 May 2009

Kaidah & Cara Menghafal Al-Qur'an

KAIDAH UMUM MENGHAFAL AL-QUR'AN
Berikut ini adalah kaidah umum yang harus diperhatikan dan dipatuhi oleh setiap orang yang hendak menghafal Al-Qur'an :
1.Ikhlas
2.Menghafal sejak umur dini
3.Memilih waktu dan tempat untuk menghafal
4.Qiro'ah mujawwadah
5.Tidak berganti-ganti mushaf
6.Memperbaiki bacaan didahulukan dari pada menghafal
7.Menghubungkan hafalan baru dengan yang lama (amaliyah robth)
8.Mengulang hafalan (amaliyah tikror)
9.Menghafal harian
10.Menghafal secara perlahan (tidak tergesa-gesa)
11.Konsentrasi kepada ayat-ayat yang mirip
12.Mencari ustadz untuk setoran
13.Memperhatikan susunan dan letak ayat
14.Mengiringi hafalan dan bacaan dengan amal
15.Mengulang hafalan (muroja'ah)
16.Memahami ayat yang dihafal
17.Motivasi dan keinginan menghafal
18.Bedo'a dan beristi'anah kepada Allah


CARA-CARA MENGHAFAL AL-QUR'AN
Cara Pertama (Ideal)
1.Memilih mushaf standar (Qur'an pojok), yaitu mushaf yang diawali awal ayat dan diakhiri akhir ayat. Dan usahakan jangan mengganti al-Qur'an dengan al-Qur'an yang berbeda susunan atau letak ayatnya.
2.Persiapan hafalan, yaitu meluruskan niat, lalu wudhu dan duduk di tempat yang nyaman.
3.Usahakan memilih tempat yang tidak terlalu banyak hiasan dan assesoris.
4.Duduk menghadap kiblat dengan khusyu' dan tenang
5.Pemanasan (amaliyah taskhin wa tahmiyah), yaitu dimulai dengan membaca halaman al-Qur'an yang hendak dihafal dengan suara yang dapat didengar sendiri. Hal ini dilakukan selama 10 sampai 15 menit.
6.Membaca awal ayat secara mujawwad dan benar tiga kali atau lebih sehingga dapat terbayangkan. Lalu pejamkan mata dan bayangkan ayat tadi kemudian baca. Apabila anda berhasil membacanya tanpa melihat dengan sempurna, jangan gembira dulu, akan tetapi anda harus mengulangnya lagi dua, tiga atau empat kali sampai hafal betul.
7.Buka mata anda kembali dan bacalah ayat tadi dari mushaf untuk meyakinkan bahwa ayat yang tadi dihafal benar.
8.Setelah itu pejamkan lagi mata anda dan bacalah ayat tadi untuk terakhir kalinya. Jika lancar berarti anda telah berhasil menyimpan hafalan dalam benak anda.
9.Lanjutkan ke ayat berikutnya dan lakukan langkah-langkah yang sama sampai ayat terakhir dari halaman pertama.
10.Amaliyah robth, yaitu menyambungkan ayat satu ke ayat berikutnya secara cepat.
Dengan demikian cara pertama ini terdiri dari lima langkah: Tahyi'ah (persiapan), Taskhin (pemanasan), Tarkiz (pemfokusan), Tikror (pengulangan) dan robth. Insya Allah cara ini akan menghasilkan hafalan yang kuat dengan cara ideal

Cara Kedua : Menghafal berdua
1.Pilih teman yang baik yang punya kepentingan sama, lalu membuat kesepakatan dan janji untuk mencari tempat dan waktu (afdholnya ba'da subuh atau ba'da maghrib) setiap hari.
2.Keduanya membuka mushafnya masing-masing. Lalu salah satunya membaca satu ayat dengan benar, dan yang satunya menyimaknya dengan baik. Kemudian ayat tadi dibaca ulang oleh orang yang kedua dan disimak oleh orang yang pertama. Setelah itu orang yang pertama mengulang ayat tadi dengan tidak melihat mushaf dan setelahnya dibaca ulang oleh orang yang kedua dengan tidak melihat mushaf.
3.Setelah ayat pertama dapat dihafal dengan baik, pindahlah kepada ayat yang kedua, dan lakukan cara-cara tadi sampai akhir halaman.
4.Lakukan amaliyah robth seperti dalam cara pertama sampai anda merasa hafal betul satu halaman tersebut.
5.Amaliyah ikhtibar (ujian), yaitu dengan cara saling menguji, yang satu jadi ustadz (penguji) dan satunya jadi murid (yang diuji) secara bergiliran. Masing-masing mencatat kesalahan bacaan yang diujinya.

Cara Ketiga : Mendengarkan Kaset Murottal
1.Beli kaset murottal 30 juz seorang qori' yang bagus seperti Syekh Al-Hushori dan Syekh Al-Mansyawi.
2.Masukkan kaset pertama ke dalam tape recorder dan dengarkanlah dari awal sampai akhir.
3.Ulang kembali untuk yang kedua kalinya.
4.Ulang kembali untuk yang ketiga kalinya.
5.Ulang kembali untuk yang keempat kalinya
6.Putar kaset untuk ayat pertama, lalu dengarkan dan ikuti bacaan tersebut. Apabila selesai ayat pertama, hentikan kaset lalu ulanglah ayat tersebut oleh anda. Apabila salah usahakan untuk mengingatnya, dan apabila benar ulangilah kembali sebanyak tiga kali sampai dhobit.
7.Kemudian pindah ke ayat berikutnya (kedua sampai ayat terakhir) dan lakukanlah cara-cara yang sama.
8.Dan yang terakhir lakukanlah amaliyah robth.

Cara Keempat : Merekam Suara Sendiri
1.Siapkan kaset kosong berikut tape recordernya
2.Cari tempat yang tenang, lalu bacalah ayat-ayat yang hendak anda hafal secara mujawwad dan murottal.
3.Tidak apa-apa anda merekam satu ayat berkali-kali.
4.Dengarkan hasil rekaman suara anda sambil mengikutinya ayat per-ayat, di mobil, di rumah, di taman atau di tempat kerja.
5.Usahakan di dalam membaca, menirukan bacaan para syekh qurro'.
6.Setelah anda mampu menghafalnya. Ujilah hafalan anda dengan cara merekam hafalan anda. Lalu cocokkan dengan mushaf.
7.Simpanlah kaset-kaset rekaman anda tersebut.

Cara Kelima : Menghafal Dengan Cara Menulis
1.Bacalah lima ayat atau lebih dengan baik dan benar lalu hafalkanlah lima ayat tersebut sampai dhobit.
2.Tulislah lima ayat yang sudah dihafal tersebut di atas papan tulis tanpa melihat mushaf.
3.Cocokkan tulisan anda dengan tulisan yang ada di dalam mushaf.

Cara Keenam : Menghafal Satu Halaman Perbaris
1.Bukalah halaman mushaf yang hendak anda hafal.
2.Siapkan kertas kosong
3.Tutup semua halaman tersebut kecuali ayat pertama saja yang terbuka.
4.Bacalah ayat yang tidak tertutup kertas tersebut sampai anda dapat menghafalnya dengan baik.
5.Kemudian geser kertas kosong tersebut ke bawah sehingga ayat kedua nampak, lalu baca ayat tersebut dengan baik sampai anda dapat menghafalnya.
6.Lakukan hal yang sama pada ayat berikutnya sampai akhir halaman.
7.Lakukan amaliyah robth. Pada halaman berikutnya juga anda lakukan cara yang sama.

Cara Ketujuh : Menghafal Menggunakan Komputer
1.Siapkan computer dan CD Al-Qur'an digital
2.Buka halaman yang hendak anda hafalkan, lalu mulailah hafalan.
3.Setelah hafal satu ayat, tulislah ayat tersebut di atas layar computer, lalu cocokkan dengan mushhaf.

(Diambil dari kitab Kaifa Tahfazhul Qur'an al-Karim Qowa'id Asasiyah wa Thuruq 'Amaliyah, karya Syaikh DR. Yahya bin Abdur Razzaq al-Ghautsani)

Read More “Kaidah & Cara Menghafal Al-Qur'an”  »»

4 Dec 2008

KITA dan AL-QUR'AN

Alloh swt telah menciptakan manusia dari ketiadaan agar manusia menjadi abdun dan kholifah di muka bumi. Suatu posisi yang sangat istimewa yang dimiliki seorang makhluq terhadap Sang Kholiq. Dan Allohpun tahu bahwa manusia tidak akan bisa melakukan posisi tersebut jika tanpa adanya buku panduan operasional. Maka Alloh melengkapinya dengan Al-Qur’an.

Alloh adalah pencipta manusia, maka hanya Allohlah yang tahu persis karakteristik manusia. Dan Allohpun tahu bahwa hanya dengan hukumNya lah manusia akan selamat. Maka bila kita ingin selamat dan sukses dalam menjalankan posisi mulia tersebut haruslah berpedoman pada Al-Qur’an yang telah diturunkan Alloh


AL-QUR'AN SEBAGAI AL-HUDA
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)

Al-Qur'an sebagai al-huda, yaitu sebagai pedoman dan petunjuk hidup menuju kebahagiaan ganda dunia-akhirat. Manusia tidak akan tersesat selamanya bila berpegang teguh dengan Al-Qur’an sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Isro’:9
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.
Rasulullah bersabda, Sesungguhnya aku tinggalkan kepadamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat sesudahku selagi berpegang kepadanya selamanya, yakni kitab Alloh dan Sunnahku, (HR Turmudzi)

AL-QUR'AN SEBAGAI AL-FURQON
Yaitu sebagai pembeda antara yang haq dan yang bathil, antara yang halal dan haram, antara yang baik dan yang buruk
Akal manusia, karena keterbatasannya sering terjebak dalam subyektifitas dan relatifitasnya. Apa yang baik menurut akal seseorang belum tentu baik menurut yang lain. Di sinilah pentingnya al-quran sebagai furqon

AL-QUR'AN SEBAGAI ADZ-DZIKRI DAN AL-BURHAN
Yaitu sebagai peringatan dan pelajaran bagi ummat manusia. Oleh karena itu al-Quran berisi kabar gembira bagi yang mentaatinya dan ancaman bagi yang ingkar serta berisi pelita (penerang) dan bukti kebenaran untuk mendapatkan kebahagiaan dunia-akhirat. Allah berfirman, Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (QS. An-Nisa':174)

KEHARUSAN MEMPELAJARI AL-QUR’AN
Mengingat begitu pentingnya fungsi Al-Qur’an bagi hidup dan kehidupan manusia maka sudah seharusnya ummat Islam mempelajarinya. Sebab bila tidak, tentu tidak mungkin menempatkan Al-Qur’an sebagai fungsi yang semestinya. Sehingga meskipun banyak orang Islam yang membacanya tetapi hanya di bibir saja. Aktifitasnya justru bertentangan dengan Al-Qur’an. Na’udzu billah min dzaalik.

Alloh SWT dalam QS Al-Furqon:30 menceritakan kegelisahan hati Rasulullah dengan firmanNya: Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan"

Siapakah orang yang meninggalkan Al-Quran?
Ibnu Taimiyyah berkata. “Ada 3 golongan orang yang dikatakan meninggalkan Al-Qur’an”, yaitu:
1.Orang yang tidak pernah membaca Al-Qur’an
2.Orang yang membaca Al-Qur’an namun tidak memikirkan isi dan maknanya
3.Orang yang membaca, memikirkan isi dan maknanya tetapi tidak mengamalkannya

Mungkin inilah yang menimpa umat Islam saat ini. Banyak mereka yang menyimpang, berpaling dan membelakangi Al-Qur’an. Maka Alloh akan menjadikan hidupnya sempit dan di akhirat kelak ia akan dikumpulkan dalan keadaan buta sebagaimana firman Allah dalam QS.Thaahaa:124-126
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".
Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?"
Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan".


Read More “KITA dan AL-QUR'AN”  »»

'Uluumul Qur'an

Kata ‘Uluum adalah bentuk jamak dari ‘ilmu yang artinya ilmu/ pengetahuan/ wawasan. Jadi ‘uluumul qur’an adalah ilmu-ilmu atau pengetahuan seputar Al-Qur’an. Dengan mempelajari ‘uluumul qur’an, seseorang akan mengetahui lebih dalam tentang seluk-beluk al-Qur’an. Adapun beberapa hal yang terkait dengan ‘uluumul qur’an antara lain:

1. Definisi Al-Qur’an

          Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang merupakan mu’jizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantaraan malaikat Jibril as., yang ditulis dalam mush-haf, diriwayatkan secara mutawatir, dan bernilai Ibadan dalam membacanya.

Dari definisi di atas, maka kalam Allah yang diturunkan kepada selain Nabi Muhammad SAW, seperti Taurat, Zabur, Injil dan shuhuf Ibrohiim tidak dinamakan Al-Qur’an. Demikian halnya dengan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tetapi tidak dimasukkan ke dalam mush-haf, juga tidak dinamakan Al-Qur’an, tapi disebut hadits qudsi

Al-Qur’an sebagi mu’jizat, artinya Al-Qur’an merupakan sesuatu yang luar biasa yang tiada kuasa seorang manusia dan jin dapat menandinginya, karena hal itu di luar kesanggupannya. (QS Al Isra’: 88)

2.  Nama-nama Al-Qur’an

     Allah SWT memberi nama kitabNYA dengan nama Al-Qur’an yang berarti bacaan (QS Al-Qiyamah:17-18, QS Al Isra’:88, QS Al Waqi’ah:77). Selain nama Al-Qur’an, Allah juga memberi beberapa nama lain, diantaranya:

* Al Kitab (QS Al Baqoroh: 2)

* Adz Dzikr (QS Hijr: 9)

* Al Furqon (QS Al Furqon:1)

* Al Burhan

* Al Mubiin

* Al Munazzal

* An Nuur

* Al Huda

* Asy Syafa’, dll

3.  Nama-nama Surat Al-Qur’an

Nama-nama surat dalam Al-Qur’an, batas-batas tiap surat, urutan surat serta susunan ayat-ayatnya merupakan tauqifi, yakni menurut ketentuan yang telah ditetapkan dan diajarkan oleh Rasulullah berdasarkan wahyu dan perintah Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril. Surat-surat dalam Al-Qur’an ditinjau dari segi panjang pendeknya terbagi 4 bagian:

  1. As Sab’uth Thiwaal, tujuh surat yang panjang yaitu Al-Baqoroh, Ali Imran, An Nisaa’, Al Maidah, Al An’aam, Al A’raf dan Yunus.
  2. Al Mi’uun, surat yang jumlah ayatnya lebih dari 100 ayat, seperti Hud, Yusuf dsb
  3. Al Matsani, surat yang jumlah ayatnya kurang dari 100 ayat, seperti surat al anfal
  4. Al Mufashshol, surat yang jumlah ayatnya sekitar 50 ayat atau kurang, terdiri dari surat-surat pendek seperti surat2 pada juz 30, 29, 28, 27 dst...

4.  Pembagian Al-Qur’an

Sejak zaman sahabat telah ada pembagian Al-Qur’an menjadi ½ , 1/3 dsb. Pembagian tersebut hanya untuk mempermudah dalam menghafal dan bacaan dalam sholat. Pembagian tersebut semula tidak ditulis dalam mush-hsf, baru pada masa Al Hajjaj bin Yusuf ditambahkan istilah-istilah baru yg ditulis di dalam atau tepi mush-haf. Pembagian tersebut ialah, pembagian Al-Qur’an menjadi 30 juz, 60 hizb dan 554 ruku’

Dalam rangka mempermudah proses belajar dan hafalan al-Qur’an, rata-rata para hafizh di seluruh dunia menggunakan mush-haf standar (mush-haf pojok) karena setiap halaman berakhirkan nomor ayat, dan setiap halaman terdiri dari 15 baris. Satu juz terdiri dari 10 lembar atau 20 halaman

5.   Nuzulul Qur’an

Nuzulul Qur’an (turunnya Al-Qur’an) dibedakan menjadi dua macam yaitu pertama turunnya Al-Qur’an dari Lauhul Mahfuzh ke baitul ‘izzah di langit dunia, yang mana peristiwa ini terjadi pada tgl 17 Ramadhan 610M, tapi ada juga ulama yg mengatakan tgl 24 Ramadhan. Kedua turunnya al-Qur’an dari langit dunia kepada Rasulullah SAW melalui malaikat Jibril, dalam waktu secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun. Diantara hikmahnya adalah:

1.  Untuk menguatkan dan meneguhkan hati Rasulullah saw (QS Al Furqon: 32)

2.  Sebagai tantangan dan mu’jizat

3.  Memudahkan dalam menghafal dan pemahaman

4.  Penetapan hukum yang bertahap

5.  Bukti yang pasti bahwa al-Qur’an adalah dari Allah SWT.

Ayat yang pertama diturunkan kepada Rasulullah adalah QS Al ‘Alaq 1-5, sebagaimana hadits riwayat Bukhori-Muslim dari ‘Aisyah r.a., “Sesungguhnya wahyu yang mula-mula diturunkan kepada Rasulullah ialah ar ru’ya ash-sholihah (mimpi yang benar) diwaktu tidur. Setiap kali bermimpi beliau melihat ada yg datang bagaikan cahaya terang di pagi hari. Kemudian beliau lebih suka menyendiri. Beliau pergi ke Gua Hira’ untuk beribadah beberapa malam. Setiap berangkat Rasulullah membawa bekal. Setelah habis bekal beliau pulang ke rumah Khodijah. Di gua hira’ beliau dikejutkan oleh suara kebenaran. Seorang malaikat datang kepadanya dan mengatakan iqro’ (bacalah). Rasulullah menceritakan, Maka akupun menjawab, Aku tidak bisa membaca. Malaikat tersebut kemudian memelukku sehingga aku merasa amat payah, lalu aku lepaskan. Setelah itu ia merangkulku untuk kedua kalinya sampai aku kepayahan. Kemudian ia lepaskan lagi, dan ia berkata lagi, iqro’! Aku menjawab, Aku tidak bisa membaca. Maka ia merangkulku ketiga kalinya sehingga aku kepayahan, kemudian ia berkata: Iqro' bismi rabbikalladzii kholaq. Kholaqol insaana min 'alaq. Iqro' wa rabbuka akrom. Alladzii 'allama bilqolam. 'Allamal insaana maa lam ya'lam.

        Ayat yang terakhir diturunkan, menurut pendapat yang paling kuat adalah QS Al Baqoroh: 281. Pendapat ini berdasarkan hadits riwayat An Nasai dan lainnya dari Ibnu Abbas ra., Setelah turun ayat ini Rasulullah masih menjalani masa hidupnya 9 hari, kemudian Beliau wafat pada hari Senin 3 Rabi’ul Awwal.

                Adapun yang mengatakan bahwa ayat yang terakhir turun adalah QS Al Maidah: 3, adalah kurang tepat, karena ayat tersebut diturunkan ketida Rasulullah melaksanakan haji wada’. Sedangkan seusai haji wada’ Beliau masih menjalani masa hidup selama 81 hari.

6.  Jam’ul Qur’an

Jam’ul Qur’an (pengumpulan al-Qur’an) mengandung 2 makna, pertama menghafal di dalam hati, kedua menulis dan membukukan. Sahabat yang terkenal dalam bidang al-Qur’an adalah 7 hafizh, yaitu: Abdullah bin Mas’ud, Salim bin Mu’aqqil, Muadz bin Jabbal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Zaid bin Sukun dan Abu Darda. Penulisan Al-qur’an terdiri dari 3 periode, masa Rasulullah, masa Abu Bakr dan masa Usman bin Affan.

1.  Penulisan Pada Masa Rasulullah SAW

Rasulullah telah mengangkat para sahabat sebagai penulis-penulis wahyu, diantaranya: ’Ali, Mu’awiyah, Ubay bi Ka’ab, Zaid bin Tsabit. Bila turun ayat, rasulullah memerintahkan mereka untuk menuliskannya. Kemudian para sahabat menuliskan al-Qur’an pada sarana yang sangat terbatas dan sederhana, semisal pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit, daun kayu, pelana atau potongan tulang binatang. Ini menunjukkan betapa besar kesulitan yang dipikul oleh para sahabat dalam menulis al-Qur’an karena tidak adanya alat tulis yang lengkap. Sehingga pada masa itu al-Qur’an belum rapi dan belum tersusun dlam bentuk mush-haf

2.  Penulisan Pada Masa Abu Bakar As Shiddiq

Penulisan al-qur’an pada masa Abu Bakar adalah dalam rangka menjaga keutuhan al-Qur’an agar tidak hilang seiring dengan banyaknya para penghafal al-Qur’an yang syahid di medan jihad (kurang lebih 70 hufazh), pada peristiwa perang Yamamah th 12 H.  Melihat keadaan ini, Umar bin Khattab merasa sangat khawatir, kemudian beliau meminta agar khalifah mengumpulkan dan membukukan al-Qur’an karena khawatir al-Qur’an akan musnah. Pada awalnya Abu bakar menolak usulan itu, karena tidak pernah dilakukan dan dianjurkan oleh Rasulullah. Tetapi Umar terus membujukknya dengan berbagai argumen yang mendasar, sehingga akhirnya Abu Bakar menerima usulan tersebut/ Kemudian Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk meneliti dan menghimpun al-Qur’an. Pada mulanya Zaid juga menolah, namun demi kemaslahatan, akhirnya Zaid menerima tugas tersebut dengan lapang dada. Zaid bin Tsabit memulai tugas yang sangat berat ini dengan bersandarkan pada hafalan dan catatan para penulis wahyu di zaman Rasulullah. Setelah lembaran-lembaran tersebut dihimpun dan ditulis, selanjutnya disimpan di tangan Abu Bakar. Setelah Abu Bakar wafat maka berpindah ke tangan ‘Umar. Dan setelah ‘Umar wafat mush-haf tersebut berpindah ke tangan Hafsah binti Umar, Ummul Mu’minin.

3.  Penulisan Pada Masa ‘Utsman bin ‘Affan

Penulisan al-Qur’an pada masa ’Utsman bin ’Affan (25H) adalah dalam rangka menyatukan berbagai macam perbedaan bacaan yang beredar di masyarakat saat itu.

Penyebaran Islam bertambah luas dan para hufazh tersebar ke berbagai wilayah, diantaranya ketika terjadi peperangan di kawasan Armenia dan Azarbaijan (Uni Soviet). Tentara muslimin yang berperang ada yang berasal dari Irak dan Syiria.

Pada suatu ketika Huzaifah bin Al yaman melihat ada perbedaan dalam bacaan al-Qur’an dengan saudara muslim lainnya. Melihat kenyataan ini Huzaifah menghadap Khalifah ’Utsman dan melaporkan apa yang dilihatnya. Khalifah segera memprakarsai penulisan ulang al-Qur’an dengan tujuan agar kaum muslimin mempunyai rujukan tulisan al-Qur’an yang benar-benar shahih dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan kata lain, khalifah ’Utsman mempersatukan mush-haf (tauhidul mushahif). Selanjutnya ’Utsman membentuk tim, yang terdiri dari: Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin ’Amr bin Ash, Abdurrahman bin Harits bin Hisyam, dan Abdullah Ibnu ’Abbas. Menurut riwayat yang masyhur, jumlah mush-haf yang ditulis pada masa ’Utsman ada 4 buah. Satu mush-haf disimpan d rumah beliau di Madinah sementara lainnya dikirim ke Basrah, Kuffah dan Syiria.

7.   Rosm ‘Utsmani

Rasm ’Utsmani adalah bentuk penulisan al-Qur’an yang telah desepakati oleh Kholifah ’Utsman bin ’Affan pada saat penulisan mush-haf. Rasm ’utsmani berbeda dengan rosm Imla’i. Pada aslinya, rosm ’utsmani tidak ada tanda titik untuk membedakan jenis huruf. Juga tidak ada harokat fathah, kasroh dan dhommah. Namun para sahabat tidak mengalami kesulitan membacanya karena mereka penghafal al-Qur’an. Kemudian pada masa selanjutnya dilakukan kodifikasi titik, harokat dan waqof-washol.

8.    Makkiyah Madaniyyah

Berdasarkan tempat dan peristiwa turunnya, ayat-ayat al-Qur’an dibedakan menjadi ayat makkiyyah dan madaniyyah.  Ayat-ayat makkiyah dapat diketahui dari ciri kasnya sebagai berikut:

a.  Diturunkan di Mekkah dan sekitarnya

b.  Di dalamnya mengandung sajdah

c.  Mengandung kata Yaa ayyuhannaas

d.  Ajakan kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan kengeriannya, neraka dan siksanya, surga dan nikmatnya, argumen terhadap orang musyrik dengan menggunakan bukti-bukti rasional dan ayat-ayat kauniyyah

e.  Peletakan dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan akhlaq mulia yang menjadi dasar terbentuknya suatu masyarakat dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam penumpahan darah, memakan harta anak yatim secara zholim, penguburan hidup-hidup bayi perempuan dan tradisi buruk lainnya.

f.    Suku katanya pendek-pendek disertai dengan kata-kata yang mengesankan sekali. Pernyataannya singkat, di telinga terasa menembus dan terasa sangat keras, menggetarkan hati, dan maknanya pun menyakinkan dengan diperkuat lafadz-lafadz sumpah.

Adapun ayat-ayat madaniyyah dapat diketahui berdasarkan ciri sebagai berikut:

a.  Diturunkan di madinah dan sekitarnya (sesudah hijrah)

b.  Setiap yat berisi kewajiban atau had (sanksi)

c.  Menjelaskan tentang ibadah, mu’amalah, had, kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan sosial, hubungan internasional baik di waktu damai maupun perang, ketatanegaraan, kaidah hukum dan masalah undang-undang

d.  Suku kata dan ayatnya panjang-panjang dengan gaya bahasa yang memantapkan syari’at serta menjelaskan tujuan dan sasarannya.

Referensi:

Al-Qur'an al-Kariim

At-Tibyan fii adabi Hamalatil Qur'an, An-Nawawi

Uluumul Qur'an, Ahmad Muzammil MF



Read More “'Uluumul Qur'an”  »»

Keutamaan Ahlul Qur'an

Ketertarikan kita terhadap sesuatu tergantung pada pengetahuan kita tentang kelebihan atau manfaat (fadho’il) dari sesuatu tersebut.  Agar manusia tertarik dengan Al-Qur’an maka manusia harus tahu tentang kelebihan dan manfaat al-Qur’an. Oleh karena itu Rasulullah SAW banyak menjelaskan fadhilah al-Qur’an kepada ummat Beliau, yang terekam dalam hadits-hadits Beliau yang shahoh dan Sharif. Di antara fadhilah al-Qur’an tersebut yaitu:

1. Mempelajari al-Qur’an adalah sebaik-baik kesibukan.

 Barang siapa yg disibukkan al-Qur’an dalam rangka berdzikir dan memohon kepadaKu, niscaya akan Aku berikan sesuatu yang lebih utama dari apa yang telah Ku berikan pada orang-orang yang meminta. Dan keutamaan Kalam Allah atas seluruh kalam selainNya adalah seperti keutamaan Allah atas makhlukNya (HR Turmudzi)

2.  Allah SWT mengangkat derajat Ahlul Qur’an (baca: orang-orang yang senantiasa berinteraksi dengan al-Qur’an) menjadi keluargaNYA.

 Sesungguhnya diantara manusia terdapat keluarga Allah. Para Sahabat bertanya, “Siapakah mereka Ya Rasulullah?”. Rasul menjawab, “Mereka hádala ahlul Qur’an, mereka keluarga Allah dan orang-orang pilihanNya” (HR Ahmad)

3. Al-Qur’an adalah kenikmatan yang harus didamba-dambakan

  Tidak boleh iri kecuali terhadap dua kenikmatan, kepada seorang yang diberi Al-Qur’an oleh Allah kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang, dan orang yang diberi harta oleh Allah lalu ia membelanjakannya di jalan Allah sepanjang malam dan siang (HR Bukhorii)

4.  Ahlul Qur’an disejajarkan derajatnya oleh Allah dengan para Malaikat atau Nabi yang telah diberi wahyu. Sementara orang yang bacaannya masih terbata-bata dianugerahi dua pahala

        Orang yang pandai berinteraksi dengan Al-qur’an akan bersama malaikat yang mulia dan taat, sedangkan orang yang membaca al-Qur’an terbata-bata dan merasa kesulitan akan mendapatkan dua pahala (HR Muslim).

5. Ahlul Qur’an paling berhak menjadi imam dalam sholat berjama’ah,

 Yang berhak menjadi imam adalah yang paling banyak interaksinya dengan Al-Qur’an (HR Muslim)

6.  Ahlul Qur’an adalah orang yang selalu mendapat ketenangan, rahmat, naungan malaikat serta namanya disebut-sebut oleh Allah SWT.

  Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali turun kepada mereka ketenangan, diliputi Rahmat, dikelilingi malaikat, dan Allah menyebut nama-nama mereka di hadapan makhluk yang ada di dekatNya (HR Muslim)

7. Ahlul Qur’an adalah orang yang mendaparkan kebaikan dari Allah.

Sebaik-baik kalian hádala yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya (HR Bukhori)

8. Al-Qur’an menjadi pemberi syafa’at bagi manusia yang menjadi sahabatnya.

  Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat menjadi pemberi syafa’at bagi orang-orang yang bersahabat dengannya (HR Bukhori)

9. Al-Qur’an mengangkat kedudukan manusia di surga.

Dikatakan kepada shohibul Qur’an, bacalah dan naiklah dan nikmatillah sebagaimana kamu menikmati bacaan Al-Qur’an di dunia. Sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang kamu baca. (HR Abu Dawud & Turmudzi)

10. Al- Qur’an sumber pahala bagi orang yang beriman

 Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya satu kebaikan, satu kebaikan akan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim, itu satu huruf, namun alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf (HR Turmudzi)

11. Al-Qur’an kelak mengangkat derajat orang tua di akhirat  bagi yang berhasil mendidik anaknya dengan Al-Qur’an

Barang siapa yang belajat Al-Qur’an dan mengamalkannya akan diberikan kepada kedua orang tuanya pada hari kiamat mahkota yang cahayanya lebih indah dari cahaya matahari. Kedua orang tua tersebut akan berkata, “mengapa kami diberi ini?” Maka dijawab, “Karena anakmu yang telah mempelajari Al-Qur’an” (HR Abu Dawud, Ahmad & Al Hakim)

***

Referensi:
Al-Qur'an al-Kariim

At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, An-Nawawi

Ulumul Qur’an; Program Tahsin Tahfizh, Ahmad Muzammil MF



Read More “Keutamaan Ahlul Qur'an”  »»

Syarat Belajar Al-Qur'an

IKLASKAN NIAT

NIAT merupakan kata kunci dalam setiap amal perbuatan, termasuk amal dalam rangka mengakrabkan diri dengan Al-Qur’an. Para ulama salafus sholih, senantiasa memulai setiap tulisan dalam kitab-kitab mereka dengan pembahasan masalah niat. Karena memang niat inilah yang sangat menentukan kualitas amal seseorang, apakah akan diterima atau ditolak oleh Allah SWT. Maka jauh-jauh hari Rasulullah mengingatkan dalam Sabda Beliau, Sesungguhnya hanyalah, segala amal tergantung pada niat. Dan setiap orang akan beramal sesuai dengan apa yang ia niatkan.(HR Bukhori-Muslim)

Fudhail bin ”iyadh berkata, Meninggalkan suatu perbuatan karena manusia adalah perbuatan riya’, melakukan sesuatu karena manusia adalah syirik. Sedangkan ikhlas adalah tatkala Allah menjaga Anda dari dua penyakit di atas.

Setelah kita memutuskan untuk mengakrabkan diri berinteraksi dengan Al-Qur’an, maka kita harus segera membenahi semua yang ada dalam hati kita, bersihkan segala penyakit hati, murnikan niat hanya karena Allah SWT semata, jangan campuri niat-niat kita karena selainNYA. Mari kita sadari bahwa kita akan segera bergelut dengan firman Allah SWT yang suci dan mulia. Sangat tidak pantas ayat-ayat cintaNYA tercampuri oleh jiwa-jiwa yang kotor

SYARAT BERINTERAKSI DENGAN AL-QURAN

Secara umum– tanpa membedakan apapun jenis ilmunya– para salafush shalih telah meletakkan beberapa syarat mendapatkan ilmu.



Imam Asy-Syafi’i mengatakan dalam sebuah sya’irnya:
Yaa akhiy laa tanalul ilma illa bissittah
dzakaa', hirshun, wa ijtihad wa bulghoh
shuhbatul ustadz wa thuuluz zaman

Bait syair di atas menegaskan syarat-syarat yang harus ada pada siapa saja yang ingin menuntut ilmu, beriteraksi dengan atau menghafal Al-qur’an, yaitu:

1. Memiliki kecerdasan (dzaka’)

Kecerdasan terbagi menjadi dua: pertama, kecerdasan yang mutlak merupakan pemberian dan anugerah dari Allah swt. Kedua, kecerdasan yang bisa diupayakan oleh manusia, misalnya cerdas dalam mengulang, cerdas dalam mengatur waktu, cerdas dalam menjaga belajar, cerdas dalam memilih tempat dsb.

Kita sadar, setiap kita secara kodrat memiliki tingkat kecerdasan yang tidak sama. Ada orang yang hanya dengan sedikit melihat, mendengar dan membaca, ia langsung bisa menyerapnya. Inilah orang tipe pertama, yang secara kodrat diberikan kecerdasan oleh Allah. Tapi sebaliknya, ada juga orang yang sangat lambat dalam merespon materi yang ia peroleh. Inilah tipe orang kedua. Meskipun demikian, bukan berarti tipe orang kedua adalah orang yang tidak bisa cerdas. Jika ia dengan penuh kesabaran mengusahakan kecedasan tersebut niscaya ia akan cerdas melebihi tipe orang yang pertama.

2.Kemauan/ keinginan keras (hirsh)

Azzam, tekat, keinginan yang kuat adalah kata-kata yang semakna dengan hirsh. Semua itu adalah kesadaran hati untuk melakukan amal yang dikehendaki atau semacam dorongan yang kuat yang senantiasa terdetak dalam hati. Seseorang yang mempunyai kemauan / keinginan, cenderung akan sungguh-sungguh mengupayakan dalam amal perbuatan. Tetapi karena banyaknya godaan yang dihadapi, kemauan tersebut bisa berkurang bahkan lenyap sama sekali dari hati. Maka dari itu, saat ada hirsh kebaikan dalam hati kita, hendahnya segera kita berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mengamalkannya.

3.Sungguh-sungguh (ijtihad)

Maknanya secara umum adalah mencurahkan segala potensi dan kekuatan untuk meraih sesuatu yang diinginkan. Tapi yang dimaksud ijtihad di sini (baca: dalam hal interaksi dengan Al-Qur’an) adalah himmah ‘aliyah, mutaba’ah yaumiyah dan banyak muroja’ah (mengulang). Bukan ijtihad dalam pandangan ulama Ushul Fiqih. Atau dengan kata lain ijtihad di sini adalah, bentuk aplikasi dari hirsh (baca: kemauan/ keinginan yang kuat)

Man jadda wa jada. Begitulah pepatah arab mengingatkan kita. Barang siapa bersungguh-sungguh maka ia akan memperoleh hasil dari kesungguhannya tersebut. Cita-cita yang tinggi tidak mungkin dapat diraih hanya dengan keinginan dan angan-angan, akan tetapi keinginan harus disertai kemauan keras dan usaha dengan penuh kesungguhan. Begitu juga halnya dengan belajar dan menghafal Al-Qur’an. Bagi siapa saja yang sungguh-sungguh dalam ”mendekatinya”, niscaya ia akan mendapatkan manisnya buah dari usaha tersebut, berupa ”kedekatan dengan Al-Qur’an”, sehingga ia layak dimasukkan dalam golongan ahlul Qur’an. Tiada balasan yang lebih baik bagi ahlul Qur’an selain Ridho Allah SWT, karena ahlul Qur’an derajatnya disejajarkan oleh Allah dengan para Malaikat dan Nabi yang telah diberi wahyu.

4. Butuh Bekal (bulghoh)

Maksudnya adalah bekal yang bisa menghantarkan sorang thalibul ilmi kepada ilmu yang dicita-citakan. Yaitu bekal berupa tenaga atau harta yang dihasilkan dengan cara dan melalui jalan yang halal. Boleh jadi, secara kasat mata kita telah menghabiskan banyak harta yang kita miliki dalam rangka menuntut ilmu, tetapi harus kita yakinkan bahwa hasil berupa ilmu itu nilainya jauh lebih besar dari harta bahkan dunia seisinya.

5. Berteman Dengan Ustadz ( Shuhbatul Ustadz)

Maksudnya adalah mulazamah dan disiplin mendatangi ustadz atau murabbinya yang akan membawanya ke jalan yang lurus. Menghafal dan mempelajari Al-Quran tidak mungkin dapat dilakukan tanpa guru yang sabar dan tekun di dalam memberikan ilmu dan bimbingannya.

6. Waktu Yang Lama (thuluzzaman)

Sebagian orang mempunyai minat thalabul ilmi hanya sementara. Pada awalnya memiliki semangat menghadiri majlis, mendatangi ustadz dengan penuh kesungguhan, mencurahkan harta dan tenaganya, kemudian setelah melewati beberapa saat semangat itu pudar.
Menuntut ilmu tidak cukup hanya dengan menghadiri majlis sekali atau dua kali, sebulan atau dua bulan, ia memerlukan waktu yang lama, kesabaran dan ketekunan. Imam Baihaqi meriwayatkan dalam Syu’abil Iman dari Abdullah bin Mubarak, ia berkata:

"Ilmu tidak akan dapat diraih kecuali dengan meluangkan waktu, harta, menghafal dan waro’."

Read More “Syarat Belajar Al-Qur'an”  »»